Nabi Sulaiman Alaihissalam adalah putra Nabi Daud
Alaihissalam. Setelah Nabi Daud Alaihissalam wafat, Nabi Sulaiman Alaihissalam
menggantikannya sebagai Raja. Mukjizatnya yang paling terkenal adalah ia diberi
keistimewaan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dapat memerintah bukan hanya kepada
manusia, melainkan juga kepada hewan, angin, dan jin. Nabi Sulaiman dapat menjadikan
angin bertiup atas perintahnya ke tempat yang ia kehendaki. Allah pun
menundukkan syaitan-syaitan untuk melayani Sulaiman. Di antara mereka ada yang
bisa membangun istana dan benteng-benteng, ada yang bertugas menyelam di laut
untuk mengeluarkan mutiara dan batu-batu mulia, sebagaimana Allah memberi
kekuasaan pada Sulaiman atas syaitan-syaitan yang kafir sehingga ia mampu
mengikat mereka untuk mencegah kejahatan mereka. Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga
memberinya mukjizat berupa kemampuan mengerti bahasa binatang.
Kearifan Nabi Sulaiman Alaihissalam sebagai hakim
Pada suatu malam, sekelompok kambing memasuki kebun
seseorang tanpa sepengetahuan penggembalanya, hingga rusaklah tanaman di kebun
itu. Maka pemilik kebun kemudian datang mengadu kepada hakim Daud Alaihissalam.
“Wahai Nabi Allah, sesungguhnya kami telah membajak tanah kami dan menanaminya
serta memeliharanya. Tapi ketika tiba waktu panen, datanglah kambing
orang-orang ini pada suatu malam dan memakan tanaman di kebun kami hingga habis
seluruhnya.”
“Benarkah apa yang dikatakan oleh mereka ini?” tanya
Daud. “Ya,” jawab mereka.
Kemudian Daud bertanya tentang harga tanaman dari orang
yang satu dan harga kambing dari orang yang lain. Ketika mengetahui harga
keduanya hampir sama, maka ia pun berkata kepada pemilik kambing, “Berikanlah
kambingmu kepada pemilik tanaman sebagai ganti rugi bagi mereka atas binasanya
tanaman mereka.”
Namun putranya Sulaiman yang hadir menyaksikan pengadilan
ini memberikan usul lain, “Saya mempunyai pendapat yang berbeda dalam perkara
ini. Menurut saya, pemilik kambing sebaiknya memberikan kambing mereka kepada
pemilik tanaman, dan mengambil manfaatnya berupa bulu wol, susu, dan anak-anak
kambing tsb. Sedangkan ia sendiri mengambil alih tanaman yang telah rusak itu,
menanaminya kembali dan mengairi serta memeliharanya hingga tumbuh tanamannya.
Apabila telah tiba waktu panen, mereka harus menyerahkan hasil tanaman itu
kepada pemiliknya, dan menerima kembali kambing mereka. Dengan demikian semua
pihak akan mendapatkan keuntungan dan manfaat.”
Luar biasa bijaksana dan arifnya Nabi Sulaiman ini dalam
memberikan keputusan. Semua pihak pun langsung menyetujui usulnya yang hebat
itu. Berkatalah Daud pada putranya, “Engkau telah memutuskan hukum dengan
tepat, anakku.” Dan ia pun berfatwa seperti apa yang diputuskan oleh Sulaiman.
Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiyâ’:
78-79.
Kisah Nabi Sulaiman Alaihissalam dan Ratu Bilqis
Pada suatu hari, Nabi Sulaiman mengadakan apel besar bagi
seluruh bala tentaranya, baik dari golongan manusia, jin, syetan, dan binatang,
semua diperintahkan untuk berkumpul menghadap Nabi Sulaiman Alaihissalam. Semua
sudah hadir kecuali seekor burung bernama Hudhud.
“Mengapa burung Hudhud belum datang?” tanya Nabi
Sulaiman. “Sesungguhnya jika ia tidak bisa memberi alasan yang jelas atas
keterlambatannya, sebagai hukuman aku akan menyembelihnya.”
Tak berapa lama kemudian burung itu datang dan bersujud
di hadapan nabi Sulaiman. Hampir saja burung itu terkena hukuman kalau tidak
segera mengajukan alasa kenapa ia terlambat datang.
“Ampunilah hamba Tuanku, hamba memang telah terlambat.
Tetapi hamba membawa kabar yang sangat penting. Di negeri Saba hiduplah seorang
Ratu yang bernama Ratu Bilqis. Ia mempunyai singgasana yang agung. Kerajaannya
luas dan rakyatnya hidup dengan makmur. Namun sayang mereka tidak menyembah
Allah. Mereka disesatkan oleh iblis sehingga menyembah matahari.”
Menjawablah Nabi Sulaiman, “Aku percaya dengan berita
yang kaubawa itu. Tetapi aku akan menyelidiki dulu kebenaran beritamu. Bawalah
suratku untuk Ratu Bilqis. Kalau sudah diterimanya nanti, sembunyilah kau di
celah-celah jendela, dan dengarkanlah apa yang akan dilakukannya.”
Maka terbanglah burung Hudhud ke negeri Saba yang
terletak di kota Yaman. Ia menyerahkan surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Bilqis.
Kemudian sesuai perintah, ia bersembunyi di balik celah jendela. Ratu Bilqis
membaca surat itu, isinya kurang lebih seperti ini:
Surat ini datang dari Sulaiman. Dengan menyebut nama
Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Janganlah kamu berlaku sombong
terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”
Setelah membaca surat itu, Ratu Bilqis memanggil seluruh
abdi dan penasihatnya untuk bermusyawarah. Ratu Bilqis tidak ingin terjadi
peperangan yang hanya merusak keindahan istana dan merugikan rakyat. Maka
sebagai hasil dari musyawarah itu, diputuskan bahwa ia hanya akan mengirimkan
hadian kepada Sulaiman melalui utusannya. Jika Sulaiman menerima hadiahnya,
tahulah ia bahwa Sulaiman hanyalah seorang raja yang senang menerima hadiah.
Tetapi jika ia seorang nabi, ia hanya ingin agar mereka mengikuti agamanya.
Berangkatlah utusan Ratu Bilqis ke Palestina dengan
membawa berbagai hadiah yang indah-indah dan mahal-mahal. Ketika mereka sampai
di istana Nabi Sulaiman, mereka sangat tercengang. Kerajaan Saba tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan keindahan dan kemegahan kerajaan Sulaiman.
Ketika para utusan itu hendak menyerahkan hadiah mereka,
dengan tegas Nabi Sulaiman menolak hadiah-hadiah itu karena ia memiliki harta
benda yang jauh lebih baik daripada hadiah yang diberikan oleh Ratu Bilqis.
Kepada para utusan tsb, ia meminta kedatangan Ratu Bilqis agar Ratu itu memeluk
agama Islam dan meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Jika menurut, maka
kerajaan Saba akan selamat, jika membangkang maka Nabi Sulaiman akan
mengerahkan bala tentaranya yang tidak mungkin akan dilawan oleh Ratu Bilqis.
Para utusan itu segera kembali ke Negeri Saba. Mereka
melaporkan segala apa yang dilihatnya tentang Sulaiman dan kerajaannya yang
jauh lebih besar, megah, dan kuat dibanding negeri Saba. Akhirnya diputuskanlah
bahwa Ratu Bilqis akan datang memenuhi permintaan Nabi Sulaiman Alaihissalam.
Sulaiman mengetahui perjalanan Bilqis menuju ke
negerinya, maka ia pun bermaksud menunjukkan suatu mukjizat kepadanya sebagai
bukti atas kenabiannya. Sulaiman bertanya kepada jin yang ada di dekatnya,
“Siapakah yang sanggup mendatangkan singgasana Bilqis kepadaku untuk melihat
kekuasan Allah berlangsung di hadapan mereka?”
Jin Ifrit berkata, “Aku sanggup membawanya kepadamu
sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu.”
Akan tetapi ada seorang anak buah Sulaiman lainnya yang
bernama Ashif bin Barkiya yang memiliki ilmu dari kitab-kitab Samawi berkata,
“Aku sanggup mendatangkannya lebih cepat dari kejapan mata.”
Maka tiba-tiba saja singgasana itu pun telah ada di
hadapan Nabi Sulaiman Alaihissalam.
Sementara itu dengan diiringi ribuan prajurit, Ratu
Bilqis penguasa Saba datang menemui Nabi Sulaiman di Palestina. Ia benar-benar
tercengang menyaksikan keindahan dan kemegahan kerajaan Nabi Sulaiman. Ratu
Bilqis merasa malu mengingat betapa dulu ia telah mengirimkan hadiah kepada
Nabi Sulaiman untuk melunakkan hatinya agar Nabi Sulaiman tidak menyerang
Negeri Saba.
Ketika ia masuk ke istana Nabi Sulaiman, Nabi Sulaiman
bertanya, “Apakah singgasana ini serupa dengan singgasana kerajaanmu?”.
“Ya, sepertinya memang milikku,” kata Ratu Bilqis seraya
memeriksa singgasana itu. Setelah memeriksanya, akhirnya ia yakin bahwa itu
memang singgasananya. Maka berkatalah ia kepada Sulaiman, “Sesungguhnya aku
telah mengetahui kekuasaan Allah dan kebenaran kenabianmu sebelum ini, yaitu
tatkala datang burung Hudhud membawa surat darimu. Namun yang
menghalangi-halangi kami untuk menyatakan keimanan kami adalah karena kami
hidup di tengah-tengah kaum yang sudah mendalam kekufurannya. Itulah yang
membuat kami menyembunyikan keimanan kami hingga saat ini kami datang
menghadapmu.”
Nabi Sulaiman tersenyum lalu mempersilakan Ratu Bilqis
memasuki istananya. Lantai di istana itu terbuat dari kaca tipis yang di
bawahnya dialiri air. Ratu Bilqis mengira itu benar-benar aliran air sungai,
karenanya ia menyingkapkan sedikit kainnya hingga nampaklah betisnya. Nabi
Sulaiman segera memberitahu bahwa lantai itu terbuat dari kaca putih yang
tipis. Ratu Bilqis tersipu malu. Serta merta ia bersujud dan menyatakan
keimanannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim
terhadap diriku, dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan
Semesta Alam.”
Wafatnya Nabi Sulaiman Alaihissalam
Hampir tak seorang pun mengetahui saat kematian Nabi
Sulaiman, baik dari golongan jin maupun manusia. Kematian Nabi Sulaiman
Alaihissalam baru diketahui setelah tongkat yang digunakannya bersandar rapuh
dimakan rayap dan beliau jatuh tersungkur ke lantai.
Doa Nabi Sulaiman telah dikabulkan Allah, yaitu tidak ada
seorang pun yang memiliki kerajaan besar dan kaya raya seperti kerajaannya.
Namun meskipun kaya raya dan berkuasa, Nabi Sulaiman tetap patuh dan tunduk
pada perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kisah Nabi Sulaiman Alaihissalam terdapat dalam Al-Quran
surat An-Naml: 15-44, dan Saba‘: 12-14.